Cobaan dan Ujian yang Menimpa Akan Menghapus Dosa dan Kesalahan

Musibah dan penyakit yang menimpa seorang hamba itu bisa menjadi sebab diampuninya kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan (mulut), dan dengan seluruh anggota tubuhnya. Dan terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari suatu dosa yang pernah dilakukan seseorang, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allâh memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu). [Asy-Syûra/42:30]

Disegerakannya hukuman bagi seorang Mukmin di dunia justru itu baik baginya sehingga dengan itu Allâh akan menghapuskan dosa-dosanya dan ia akan berjumpa dengan Allâh Azza wa Jalla dalam keadaan bersih dan selamat.

Hadits-hadits yang menjelaskan pengampunan dosa karena adanya musibah dan penyakit sangat banyak, di antaranya:

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ، إِلَّا حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit atau sejenisnya, melainkan Allâh akan menggugurkan dosa-dosanya bersamanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.[10]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ، وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا،
إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan, termasuk duri yang menusuknya, melainkan Allâh akan menghapus sebagian dari kesalahan-kesalahannya.[11]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ، وَلَا نَصَبٍ، وَلَا سَقَمٍ، وَلَا حَزَنٍ، حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ، إِلَّا كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

Tidaklah seorang Mukmin ditimpa rasa sakit yang terus menerus,[12] kepayahan, penyakit, dan kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya,[13] melainkan akan dihapus dosa-dosanya dengan sebab itu.[14]

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa apa saja yang menimpa seorang Mukmin berupa kesedihan, kesusahan, penyakit atau kematian, semuanya akan menghapuskan dosa-dosa seorang hamba.

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, “Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Beritahukan kepadaku tentang penyakit-penyakit yang menimpa kami ini, apa yang akan kami peroleh karenanya?’

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Pengampunan dosa-dosa.’ Ubay bin Ka’ab berkata, ‘Sekalipun penyakit itu sedikit?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, ‘Sekalipun sebuah duri dan yang lebih kecil lagi …’”[15]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga  bersabda:

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِيْ نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

Bencana akan senantiasa menimpa orang Mukmin dan Mukminah pada dirinya, anaknya, dan hartanya sehingga ia berjumpa dengan Allâh dalam keadaan tidak ada kesalahan pun pada dirinya.[16]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيَبْتَلِيْ عَبْدَهُ بِالسَّقَمِ حَتَّى يُكَفِّرَ ذٰلِكَ عَنْهُ كُلَّ ذَنْبٍ

Sesungguhnya Allâh benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya.[17]

DI ANTARA HIKMAH MUSIBAH YAITU MERUPAKAN JALAN MENUJU SURGA

Surga tidak bisa diperoleh melainkan dengan sesuatu yang tidak disukai jiwa manusia. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan berbagai macam syahwat.[21]

Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam hadits qudsi:

اِبْنَ آدَمَ ، إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُوْلَى ، لَمْ أَرْضَ ثَوَابًا دُوْنَ الْجَنَّةِ

Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari ganjaran pada saat awal musibah (yang menimpa), maka Aku tidak meridhai pahala bagimu selain surga.[22]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللهُ تَعَالَى لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُم وَلَدَ عَبْدِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ، فَيَقُوْلُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ، فَيَقُوْلُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُوْلُ اللهُ: اُبْنُوْا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوْهُ بَيْتَ الْحَمْدِ.

Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan berkata kepada para Malaikat-Nya: ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Para Malaikat menjawab: ‘Ya, benar.’ Setelah itu, Dia bertanya lagi: ‘Apakah kalian telah mengambil buah hatinya?’ Mereka pun menjawab: ‘Ya.’ Kemudian, Dia berkata: ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’ Mereka menjawab: ‘Dia memanjatkan pujian kepada-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’ (Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râ­ji’ûn).’ Allâh Azza wa Jalla berfirman: ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di dalam Surga dan namailah dengan Baitul Hamd (rumah pujian).’”[23]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِيْ جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلَّا الْجَنَّةَ

Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Tidak ada suatu balasan (yang lebih pantas) di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika Aku telah mencabut nyawa orang kesayangannya dari penduduk dunia kemudian dia mengharapkan pahala (dengan musibah itu), kecuali surga.’[24]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ l قَالَ: إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِيْ بِحَبِيْبَتَيْهِ، فَصَبَرَ {وَاحْتَسَبَ} عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ

Sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua hal yang dicintainya, lalu dia bersabar {dan mengharapkan pahala}, maka Aku akan menggantikan keduanya dengan surga.’[25]

Yang dimaksud dengan (dua hal yang dicintainya) adalah kedua matanya.

Atha’ bin Abi Rabah Radhiyallahu anhu berkata, “Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu pernah berkata kepadaku, ‘Maukah kutunjukkan kepadamu salah seorang wanita penghuni surga?’ Saya jawab, ‘Ya.’ Beliau Radhiyallahu anhu berkata, ‘(Yaitu) wanita yang hitam ini. Ia pernah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Aku terkena penyakit ayan, dan auratku selalu terbuka (jika penyakit itu kambuh), maka berdoalah kepada Allâh untukku.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, ‘Jika engkau mau, engkau harus bersabar dan bagimu adalah surga. Dan jika engkau mau, aku akan berdoa kepada Allâh Azza wa Jalla agar memberikan kesembuhan kepadamu.’ ‘Aku bersabar,’ jawab wanita tersebut. Lalu, ia berkata lagi: ‘Sesungguhnya aku takut auratku akan terbuka, maka berdoalah kepada Allâh Azza wa Jalla bagiku agar auratku tidak terbuka.’ Maka, Beliau berdoa bagi wanita itu.”[26]

Wahai saudaraku yang sedang tertimpa musibah, nash-nash ini menunjukkan secara gamblang bahwa musibah, penyakit, kematian dan kesedihan merupakan sebab yang bisa mengantarkan kita ke surga. Karena itu kita wajib bersabar dan ridha atas semua musibah serta wajib bersyukur atas semua nikmat. Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla memasukkan kita semua kedalam surga dengan rahmat-Nya, amin.

Share on Whatsapp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Butuh Bantuan?

Silahkan tanya Kami jika Anda perlu bantuan.

Marketing Support

Abu Shofiyyah

Online

Abu Shofiyyah

Selamat datang, selamat berbelanja di Pustaka At-Taqwa. ada yang bisa kami bantu? 00.00